BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Pada masa usia dini anak mengalami masa keemasan (the
golden years) yang merupakan masa dimana anak mulai peka/sensitif
untuk menerima berbagai rangsangan. Masa peka pada masing-masing anak berbeda,
seiring dengan laju pertumbuhan dan perkembangan anak secara individual.
Masa
peka adalah masa terjadinya kematangan fungsi fisik
dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa
ini juga merupakan masa peletak dasar untuk mengembangkan kemampuan kognitif, motorik, bahasa, sosio
emosional, agama dan moral.
Kemampuan Sosial – Emosional Anak bertujuan agar anak
merasa percaya diri, mampu bersosialisasidengan orang lain, menahan emosinya
jika berada dalam suatu keadaan sesuai dengan kemampuan dan tingkat
perkembangan anak. Pengembangan sosial anak dapat dikembangkan dengan mengajak
anak untuk mengenal diri dan lingkungannya. Interaksi dengan keluarga sendiri
dan orang lain juga akan menbantu anak membangun konsep dirinya. Dengan bermain
anak dapat mengembangkan kemampuan sosialnya, misalnya dengan bermain peran
prilaku. Dengan belajar beberapa peran tersebut, anak dapat belajar mengenai
baik atau buruk, boleh atau tidak dilakukan. Berdasarkan uraian tersebut
penulis menyusun makalah dengan judul perkembangan sosial dan emosional anak
usia 2-3 tahun.
B. Rumusan
masalah
1.
Apa yang
dimaksud dengan emosi dan sosial pada anak usia 2-3 tahun?
2.
Bagaimana
Karakteristik perkembangan sosial dan emosional pada anak usia 2-3 tahun?
3.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan soisal dan emosional anak usia 2-3 tahun?
4.
Apa saja yang
menjadi Gangguan pada perkembangan
sosial emosional anak usia 2-3 tahun?
5. Bagaimana cara menstimulasi
perkembangan sosial emosional anak usia 2-3 tahun ?
C. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah sebagai berikut :
1.
Memenuhi tugas
teerstruktur mata pelajaran perkembangan anak usia dini
2.
Mengetahui
definisi sosial emosional anak usia 2-3 tahun
3.
Mengetahui
karakteristik perkembangan sosial dan emosional anak usia 2-3 tahun
4.
Mengatahui
gangguan pada perkembangan sosial emosional anak usia 2-3 tahun.
5.
Mengetahui cara menstimulasi perkembangan sosial emosional anak usia 2-3
tahun
BAB II
PERKEMBANGAN
SOSIAL DAN EMOSIONAL
PADA ANAK
USIA 2-3 TAHUN
A. Pengertian
Sosial dan Emosional
Emosi merupakan suatu keadaan atau perasaan yang
bergejolak pada diri seseorang yang disadari dan diungkapkan melalui wajah atau
tindakan, yang berfungsi sebagai inner adjustment (penyesuaian dari dalam)
terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan.
Sedangkan menurut Menurut L. Crow & A. Crow, emosi
adalah pengalaman yang afeektif yang disertai oleh penyesuaian batin secara
menyeluruh, dimana keadaan menttal dan fisiologi sedang dalam kondisi yang
meluap-luap, juga dapat diperlihatkan dengan tingkah laku yang jelas dan nyata.
Perkembangan sosial anak adalah tahapan kemampuan anak
dalam berperilaku sesuai dengan harapan lingkungan (Hurlock,1998).
Departemen pendidikan dan kebudayaan (1997) menyatakan
bahwa perkembangan sosial adalah suatu proses perubahan yang berlangsung secara
terus-menerus menuju pendewasaan yang memerlukan adanya komunikasi dengan
masyarakat. Masa kanak-kanak merupakan awal kehidupan sosial yang berpengaruh
pada anak, diamana anak akan belajar mengenal dan menyukai orang lain melalui
aktifitas sosial. Apabila pada masa kanak-kanak ini anak mampu melakukan
hubungan sosial dengan baik akan memudahkan bagi anak dalam melakukan
penyesuaian sosial dengan baik dan anak akan mudah diterima sebagai anggota
kelompok sosial di tempat mereka mengembangkan diri (Hurlock,1998).
B. Pola
Perkembangan Sosial dan emosional anak
Beberapa area utama
dari perubahan aspek sosial-emosi yang berlangsung pada diri anak adalah :
1.
Pertemanan. Anak ingin disukai oleh
teman-temannya. Ia ingin bisa bermain dengan sebanyak mungkin teman. Anak mulai
memahami bahwa fungsi pertemanan termasuk didalamnya aturan untuk berbagi,
memberi dukungan, bergantian, dan berbagai keterampilan sosial lainnya.
2.
Kemandirian. Anak meningkatkan usaha
agar dapat melaksanakan tugas-tugas yang berkaitan dengan kegiatannya
sehari-hari. Peran ibu dan bapak sebagai orangtua sangat penting. Anak
membutuhkan kesempatan untuk berlatih mandiri agar pekerjaannya menjadi lebih
baik.
3.
Moralitas. Anak mulai mengenali yang
salah dan benar. Ia mulai memahami tentang berbohong dan mengapa ia tidak boleh
berbohong. Meski beberapa kali anak masih berusaha untuk menyelamatkan dirinya
dengan berbohong.
C. Karakteristik
Perkembanngan Sosial Dan Emosional Pada Anak Usia 2-3 Tahun
1.
Karakteristik
Perkembangan Emosi Anak Umur 2-3 Tahun
a.
Secara suka rela mau untuk tidur
siang atau istirahat. Anak sudah mau tidur siang tanpa ada paksaan dari
orangtua/pengasuhnya. Anak sudah mampu mengenali ritme kegiatan sehari-hari,
sehingga pada jam yang semestinya anak tidur siang, anak langsung melakukannya
dengan sukarela
b.
Mulai menunjukkan kemampuan untuk
mengendalikan diri
c.
Anak sudah mulai mampu menahan tangis
dan tawa
d.
Mulai menggunakan kata-kata atau gerakan
yang kompleks untuk mengungkapkan perasaan atau keinginan
e.
Bila pada anak usia 1 tahun kemampuan
berbahasanya masih terbatas, maka pada usia 2-3 tahun, kosakata yang dimiliki
anak lebih banyak dan bervariasi, sehingga anak lebih mampu mengungkapkan emosi/keinginannya
dengan lebih komplek. Dari segi perkembangan bahasa, anak sudah mampu
mengucapkan satu/dua kalimat utuh.
f.
Mengungkapkan emosi melalui bermain
pura-pura. Di usia ini, kemampuan anak berimajinasi mulai berkembang. Itu
sebabnya mereka sangat suka bermain pura-pura. Bermain pura-pura biasanya akan
melibatkan koleksi boneka. Melalui boneka, anak akan menjadikannya
sebagai alat pelampiasan kasih saying, kekesalan hatinya atau kesedihan
hatinya. Bila anak laki-laki bermain boneka juga, orangtua tidak perlu
buru-buru khawatir, karena secara alami anak-anak akan tertarik pada boneka
bayi atau boneka manusia. Mereka senang melihat boneka bayi laki-laki dan
boneka bayi perempuan dan ingin memilikinya. Baik anak perempuan dan anak
laki-laki akan memperoleh manfaat dari bermain boneka. Fase ini sangat
bermanfaat bagi anak, sebab dengan bermain boneka, anak akan berlatig untuk
mengembangkan sikap empati dan simpati kepada orang lain. Selain itu mereka
juga akan diperkenalkan dengan aspek khidupan sehari-hari.
g.
Berintraksi dengan orang dewasa
secara hangat dan positif tetapi tidak terlalu tergantung
2.
Karakteristik perkembangan sosial pada anak usia 2-3 tahun ;
a.
Mulai senang
bergaul dengan teman
b.
Anak ingin
disukai oleh teman-temannya. Ia ingin bisa bermain dengan sebanyak mungkin
teman. Anak mulai memahami bahwa fungsi pertemanan termasuk didalamnya aturan
untuk berbagi, memberi dukungan, bergantian, dan berbagai keterampilan sosial
lainnya
c.
Meniru kegiatan
orang lain
d.
anak berada
dalam tahap identifikasi, menirukan gerakan./mimik yang dilakukan oleh orang
lain
e.
Menunjukkan rasa
sayang kepada saudara-saudaranya
f.
ini ditunjukkka
dengan cara mengucapkannya, memeluk dan mencium adik atau kakaknya.
g.
Senang menirukan
lagu dan dongeng-dongeng
h.
anak senang
berdendang lagu yang ia senangi dan senang mengulang-ulang cerita yang
diperdengarkan.
i.
Mulai mandiri
dalam mengerjakan tugas
j.
Anak
meningkatkan usaha agar dapat melaksanakan tugas-tugas yang berkaitan dengan
kegiatannya sehari-hari. Seperti mulai mampu untuk buang air kecil sendiri
baik.
k.
Mulai mengerti
bagaimana perilaku berhubungan konsekuensi. Sebagai contoh, ketika anak tidak
diajak bermain oleh teman sebayanya lalu anak tersebut merespon dengan cara
menangis dan marah. Pada saat bersamaan anak belajar menemukan perilaku yang
mana yang diterima oleh teman sebayanya dan perilaku mana yang tidak
diterima oleh teman sebayanya serta anak belajar menemukan dan menunjukkan
berbagai bentuk emosi dirinya dan temannya.
l.
Berbagi
benda-benda dengan anak lain ketika di minta
D. Faktor-Faktor
Yang mempengaruhi perkembangan sosial dan emosional
Proses
pertumbuhan dan perkembangan anak tidak selamanya berjalan sesuai dengan yang
diharapkan. Hal ini disebabkan oleh berbagai macam faktor yang mempengaruhinya,
baik faktor yang dapat dimodifikasi/diubah, maupun faktor yang tidak dapat
diubah. Adapun faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut;
a. Faktor heriditer/genetik
Faktor heriditer pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang
terjadi pada individu, yaitu secara bertahap, berat dan tinggi anak semakin
bertambah dan secara simultan mengalami peningkatan untuk berfungsi baik secara
kognitif, psikososial maupun spiritual (Supartini, 2000).
Faktor genetik merupakan faktor keturunan dari orang tua kepada anaknya.
Faktor ini tidak dapat berubah sepanjang hidup manusia, dapat menentukan
beberapa karakteristik seperti jenis kelamin, ras, rambut, warna mata,
pertumbuhan fisik, dan beberapa keunikan sifat dan sikap tubuh seperti
temperamen. Potensi genetik yang berkualitas hendaknya dapat berinteraksi
dengan lingkungan yang positif agar memperoleh hasil yang optimal.
b. Faktor
Lingkungan/ eksternal
Lingkungan merupakan faktor yang mempengaruhi individu setiap hari mulai
lahir sampai akhir hayatnya, dan sangat mempengaruhi tercapinya atau tidak potensi
yang sudah ada dalam diri manusia tersebut sesuai dengan genetiknya. Faktor
lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Lingkungan pranatal
(faktor lingkungan ketika masihdalam kandungan).
Faktor pranatal
yang berpengaruh antara lain gizi ibu pada waktu hamil, faktor mekanis, toksin
atau zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stress, imunitas, dan anoksia
embrio.
b. Lingkungan postnatal
( lingkungan setelah kelahiran )
Lingkungan postnatal
dapat di golongkan menjadi :
·
Lingkungan biologis, meliputi ras, jenis kelamin,
gizi, perawatan kesehatan, penyakit kronis, dan fungsi metabolisme.
·
Lingkungan fisik, meliputi sanitasi, cuaca, keadaan
rumah, dan radiasi.
·
Lingkungan psikososial, meliputi stimulasi, motivasi
belajar, teman sebaya, stress, sekolah, cinta kasih, interaksi anak dengan
orang tua.
·
Lingkungan keluarga dan adat istiadat, meliputi
pekerjaan atau pendapatan keluarga, pendidikan orang tua, stabilitas rumah
tangga, kepribadian orang tua.
c. Faktor
Status Sosial ekonomi
Status sosial ekonomi dapat berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Anak yang
lahir dan dibesarkan dalam lingkungan status sosial yang tinggi cenderung lebih
dapat tercukupi kebutuhan gizinya dibandingkan dengan anak yang lahir dan
dibesarkan dalam status ekonomi yang rendah.
d. Faktor
nutrisi
Nutrisi adalah salah satu komponen penting dalam menunjang kelangsungan
proses tumbuh kembang. Selama masa tumbuh kembang, anak sangat membutuhkan zat
gizi seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan air. Apabila
kebutuhan tersebut tidak di penuhi maka proses tumbuh kembang selanjutnya dapat
terhambat.
e. Faktor
kesehatan
Status
kesehatan dapat berpengaruh pada pencapaian tumbuh kembang. Pada anak dengan
kondisi tubuh yang sehat, percepatan untuk tumbuh kembang sangat mudah. Namun
sebaliknya, apabila kondisi status kesehatan kurang baik, akan terjadi
perlambatan.
E. Gangguan
Pada Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia 2-3 Tahun
1. Autisme
Autisme adalah istilah yang
digunakan untuk sekumpulan gangguan perkembangan secara neurologik dimana
individu yang mengalaminya akan mengalami gangguan pada kemampuan interaksi
sosialnya dan keterampilan komunikasinya, serta kecenderungan untuk mengulangi
suatu perilaku tertentu. Terdapat berbagai macam bentuk autisme, dari seseorang
yang dapat berperilaku baik pada berbagai keadaan, sampai seseorang yang
mengalami gangguan bicara dan keterampilan harian sederhana.
Autisme biasanya didiagnosa pada
usia balita atau usia prasekolah, walaupun ada juga yang didiagnosa pada usia
yang lebih tua. Menurut laporan, sekitar 20% anak yang mengalami autisme
mengalami sesuatu yang disebut sebagai regresi, yaitu mereka tampaknya
mengalami suatu perkembangan normal tetapi kemudian kehilangan keterampilan
komunikasi dan sosial. Anak laki-laki mempunyai resiko tiga sampai empat kali
lipat untuk mengalami autisme dari pada anak perempuan. Autisme dapat terjadi
pada semua kelompok ras, etnik, dan sosial manapun. Berbagai macam faktor yang
diduga berhubungan dengan autisme antara lain faktor infeksi, metabolisme,
genetik, neurologik, dan lingkungan.
Menurut bukti-bukti ilmiah yang ada
saat ini tidak ada satupun hipotesis yang mendukung pernyataan bahwa vaksin
MMR, atau kombinasinya, dapat menyebabkan terjadinya autisme maupun bentuk
autisme regresif. Pertanyaan-pertanyaan akan adanya kemungkinan kaitan antara
vaksin MMR dan autisme telah diteliti secara luas oleh National Academy
of Sciences, Institute of Medicine, Amerika. Penelitian ini menyimpulkan
berdasarkan bukti-bukti epidemiologi yang ada saat ini bahwa tidak ada hubungan
sebab akibat antara vaksin MMR dan autisme.
2. Tantrum
Temper Tantrum (mengeluarkan amarah
yang hebat untuk mencapai maksudnya), suatu letupan amarah anak yang sering
terjadi pada usia 2 sampai 4 tahun di saat anak menunjukkan kemandirian dan
sikap negativistiknya. Perilaku ini seringkali disertai dengan tingkah yang
akan
membuat Anda semakin jengkel, seperti menangis dengan
keras, berguling-guling di lantai, menjerit, melempar barang, memukul-mukul,
menyepak-nyepak, dan sebagainya. Bahkan pada anak yang lebih kecil, diiringi
pula dengan muntah atau kencing di celana.
Mengapa Temper Tantrum ini bisa
terjadi ? Hal ini disebabkan karena anak belum mampu mengontrol emosinya dan
mengungkapkan amarahnya secara tepat. Tentu saja hal ini akan bertambah parah
jika orang tua tidak mengerti apa yang sedang terjadi pada anaknya, dan tidak
bisa mengendalikan emosinya karena malu, jengkel, dan sebagainya.
Beberapa penyebab konkrit yang
membuat anak mengalami Temper Tantrum adalah :
a. Anak terlalu
lelah, sehingga mudah kesal dan tidak bisa mengendalikan emosinya.
b. Anak gagal
melakukan sesuatu, sehingga anak menjadi emosi dan tidak mampu
mengendalikannya. Hal ini akan semakin parah jika anak merasakan bahwa orang
tuanya selalu membandingkannya dengan orang lain, atau orang tua memiliki
tuntutan yang tinggi pada anaknya.
c. Jika anak
menginginkan sesuatu, selalu ditolak dan dimarahi. Sementara orang tua selalu
memaksa anak untuk melakukan sesuatu di saat dia sedang asyik bermain, misalnya
untuk makan. Mungkin orang tua tidak mengira bahwa hal ini akan menjadi masalah
pada si anak di kemudian hari. Si anak akan merasa bahwa ia tidak akan mampu
dan tidak berani melawan kehendak orang tuanya, sementara dia sendiri harus
selalu menuruti perintah orang tuanya. Ini konflik yang akan merusak emosi si
anak. Akibatnya emosi anak meledak.
d. Pada anak
yang mengalami hambatan dalam perkembangan mentalnya, sering terjadi Temper
Tantrum, di mana dia putus asa untuk mengungkapkan maksudnya pada sekitarnya.
e. mencontoh
tindakan penyaluran amarah yang salah pada ayah atau ibunya.
3.
Gangguan perilaku merusak
Perilaku yang memperlihatkan agresivitas, ketidak-patuhan, dan antisosial.
Anak suka membantah, kasar perangai, dan suka menyakiti orang lain. Pada tahap
yang lebih parah, anak suka berbohong, berkelahi, mengganggu anak yang lebih
kecil (bullying), mencuri, menghancurkan benda di sekitarnya.
4.
Gangguan kecemasan atau
gangguan mood
Merasa selalu sedih, tertekan, tidak dicintai, gugup, takut, kesepian.
Gangguan kecemasan dapat bermacam-macam bentuknya. Misalnya, dinakali
oleh anak yang lebih besar, merasa terpisah dari rumah atau orang tua. Contoh
gangguan kecemasan lain pada anak adalah gangguan mood (terutama kesedihan)
yang berlangsung melebihi periode normal. Anak tidak mampu lagi bergembira atau
berkonsentrasi, selalu kecapaian, melakukan aktivitas ekstrim, apatis, selalu
menangis, mengalami masalah tidur, berat badan berubah drastis, mengalami
keluhan fisik yang tidak jelas, merasa diri tidak berharga, merasa tidak berteman,
bahkan kadang-kadang berpikir ingin mati.
F. Stimulasi
Untuk Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia 2-3 Tahun
Memiliki anak yang mempunyai
kecerdasan sosial emosional yang baik, tentulah tidak mudah dan tidak dapat
dilakukan dalam waktu singkat. Agar anak mampu mengelola sosial emosionalnya
dengan baik, perlu dukungan dari orangtua, yang antara lain adalah sebagai
berikut:
1.
Tumbuhkan rasa ingin tahu
anak, kreativitas dan imajinasi
2.
Melatih kemampuan
pengendalian diri
3.
Berilah kesempatan anak
untuk melatih cara pikir mereka
4.
Berilah Lebih banyak
dorongan dan dukungan
5.
Tumbuhkan rasa percaya diri
6.
Latihlah Menghadapi dunia
luar
7.
Tanamkan rasa hormat pada
orang lain
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Emosi merupakan suatu keadaan atau perasaan yang bergejolak
pada diri seseorang yang disadari dan diungkapkan melalui wajah atau tindakan,
yang berfungsi sebagai inner adjustment (penyesuaian dari dalam) terhadap
lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan.
Perkembangan sosial anak adalah tahapan kemampuan anak
dalam berperilaku sesuai dengan harapan lingkungan (Hurlock,1998).
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
perkembangan sosial emmosional pada anak yaitu :
1.
Genetik
2.
Lingkungan
3.
Sosial ekonomi
4.
Nutrisi
5.
Kesehatan
Selain faktor terdapat bebrapa gangguan pada
perkembangan sosial emosional anak, yaitu sebagai berikut
1.
Autis
2.
Tantrum
3.
Perilaku merusak
4.
Gangguan
kecemasan atau mood
Stimulasi perlu diberikan kepada anak agar
perkembangan sosial dan emosional anak dapat berkembang dengan optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Silvie. Tumbuh Kembang Sosial Emosional
Anak Usia 2 Tahun (part 3). 2013, 26 Januari, 2013. di unggah
pada tanggal 03 Juni 2013 di http://mammabenzema.blogspot.com/2013/01/a.html
Silvie.
Tumbuh Kembang Sosial
Emosional Anak Usia 2 Tahun (Part 1). 2013, 14 januari. Diunggah
tanggal 03 Juni 2013 di http://mammabenzema.blogspot.com/2013/01/a.html
Reza
Mega. Karakteristik Perkembangan Anak.
2013, 06 Febuari. Di unggah tanggal 03 Juni 2013 di http://rezamega1911.blogspot.com/2013/02/karakteristik-perkembangan-anak.html
rachmi
maulana putri . Perkembangan Sosial Anak Usia Dini. 2012, 09 November. Diunggah
tanggal 03 Juni 2013 di http://rachmimaulanaputri.blogspot.com/2012/11/perkembangan-sosial-anak-usia-dini.html
Ali
Zaahir. Membangun sosial emosi anak usia 2-4 tahun., November 2012. Diakses
pada tanggal 18 Juni 2013 di http://alizaahir.blogspot.com
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga
kami berhasil menyelesaikan Makalah ini
Kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini
dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.
Amin.
Cilegon, 2013
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah 1
B. Rumusan
masalah 1
C. Tujuan
2
BAB II PERKEMBANGAN SOSIAL DAN EMOSIONAL PADA ANAK
USIA 2-3 TAHUN
A.
Pengertian
Sosial dan Emosional 3
B.
Pola
perkembangan 3
C.
Karakteristik
Perkembangan Sosial Emosional Pada Anak Usia Dini 4
D.
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi
Perkembangan Sosial dan Emosional 6
E.
Gangguan Pada
Perkembangan Sosial Emosional Anak usia 2-3 tahun 8
F.
Stimulasi Untuk
Perkembangan Sosial emosional Anak Usia 2-3 Tahun 10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar